Rabu, 03 November 2010

"Sultan HB X: Mbah Maridjan Tugasnya Bukan Menjaga Merapi"


Jakarta - Mas Panewu Suraksohargo atau yang akrab disapa Mbah Maridjan meninggal dalam rangka menepati janjinya menjaga Gunung Merapi. Namun Sri Sultan Hamengkubuwono X menilai, tugas Mbah Maridjan bukan menjaga Gunung Merapi. Melainkan mempersiapkan ritual di lereng Merapi bagi Kraton Yogyakarta.

"Aktivitas Merapi tidak ada hubungannya dengan tugas dia. Tugas juru kunci Merapi itu sebetulnya memimpin dan mempersiapkan acara ritual yang merupakan tradisi di sana (Merapi)," ujar Sri Sultan kepada wartawan usai menggelar koordinasi dengan jajaran Pembkan Sleman di posku utama penanggulangan bencana Merapi di kantor Kecamatan Pakem, Jl Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, Rabu (3/11/2010).

Meski demikian, Sultan mengapresiasi pendirian teguh dari Mbah Maridjan yang enggan meninggalkan gunung Merapi meski harus berakhir dengan kematian.

"Sedih ya, pasti karena banyak korban yang jatuh, Mbah Maridjan itu juga menjaga janjinya untuk tidak turun," terang Gubernur DIY ini.

Merapi dan sosok Mbah Maridjan memang tidak bisa dipisahkan. Kakek berusia 83 tahun ini, hampir sepertiga hidupnya dihabiskan untuk 'membaca' Merapi. Meski tidak bersekolah tinggi, kemampuannya melihat gejala alam Merapi tak kalah dengan guru besar atau profesor.

"Mbah Maridjan itu vulkanolog, tapi menurut pemikirannya sendiri," kata raja Jawa ini.

Mbah Maridjan ditemukan tewas di dapur rumahnya pada Rabu (27/10) dalam posisi sujud. Mbah Maridjan memilih menetap di rumahnya di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, saat keluarganya mengungsi. Awan panas dari Merapi, gunung yang dijaganya pun merenggut nyawanya.

(her/anw)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar